INFO JAKARTA

Potret Jakarta, Kemiskinan Jalanan Masih Warnai Kota Jakarta Barat

JAKARTA, infomalangnews.com – Kehidupan Pasutri Mbah Darmanto (65) asal Kacangan-Solo, Jawa Tengah dengan Musiem (70) asal Cilacap Jawa Tengah mewarnai potret kemiskinan kota Jakarta.

Pasalnya, mbah Darmanto mengaku sudah 40 tahun hidup di Jakarta yang hanya sehari-harinya berprofesi sebagai pumulung mencari ronsokkan barang-barang plastik bekas, seperti botol dan gelas yang terbuat dari plastik.

“Saya bersama istri sudah 40 tahun hidup jadi orang kecil, sehari-hari cuma keliling cari barang-barang plastik di tempat sampah-sampah,” kata mbah Darmanto saat diwawancarai infomalangnews.com ditempat tinggalnya di semak-semak tanah kosong pinggiran jalan Daan Mogot, Kaloderes, Jakarta Barat, Kamis (25/8/2022).

Botol-botol bekas kemasan air meneral aqua dikumpulkan mbah Darmanto dari hasil memungut di sampah-sampah jalanan. Foto: infomalangnews.com.

Mbah Darmantu mengaku, tinggal di semak-semak tanah kosong pinggiran jalan Daan Mogot Jakarta Barat ini sudah merasa nyaman, walau hanya dengan atap terpal dan alas balai yang dibuat dengan kayu seadanya.

“Saya tinggal disini nyaman walau hanya dengan atap terpal dan balai kayu sedanya. Hidup dan tinggal seperti ini sudah 2 tahun dan 38 tahun sesudahnya berpindah-pindah tapi masih di seputaran Jakarta Barat,” ujarnya.

Penghasilan:

Untuk penghasilan, kata mbah Darmanto, sehari bisa mendapat Rp. 20.000 kadang bisa Rp. 30.000. Itu tergantung perolehan barang plastik bekas dari seharian keliling ditempat-tempat sampah orang-orang kaya yang tinggal di perumahan mewah.

Wajan (panci) yang digunakan Mursiem istri mbah Darmanto memasak seadanya. Foto: infomalangnews.com. 

“Ya cukuplah untuk makan, saya hanya orang keci gak punya apa-apa, disyukuri saja yang penting saya berharap Alloh memberi kesehatan saya dan Musiem istri saya,” kata mbah Darmanto.

Sukaduka:

Lebih jauh, mbah Darmanto menceritakan, sukaduka hidup menjadi orang kecil seperti yang dialaminya, ini sulit diterima oleh orang banyak. Masalah, siapapun orangnya dipastikan tidak mau hidup miskin serba kekurangan. Apalagi hidup di Jakarta, kalau tidak memiliki kemapuan, pengalaman (Skill) akan belangsak (sengsara). Karena di Jakarta sulit mencari orang yang punya belas kasihan sama orang bawah.

“Saya terlanjur saja saat itu nekat merantau ke Jakarta, awalnya saya punya angan-angan bisa hidup mapan mengadu nasib di Jakarta. Gak taunya 40 tahun di Jakarta tak merubah nasib bisa menjadi orang hebat,” tuturnya.

Mbah Darmanto berharap, untuk Petugas Satpol PP, Polisi dan aparatur pemerintahan, kehidupan orang-orang kecil seperti yang dirinya dialami.

“Saya berharap semua pihak bisa memahami kehidupan orang-orang kecil yang ada di Jakarta yang sehari-harinya hanya berprofesi sebagai pemulung untuk hidup,” harapnya.

Penulis: Johnit Sumbito

Tinggalkan Balasan